Meski Dimaki, Diludahi bahkan Ditampar Pasien, Perawat ini Bikin Salut ! - PERAWAT INDONESIA

Header Ads

Meski Dimaki, Diludahi bahkan Ditampar Pasien, Perawat ini Bikin Salut !

Walaupun sering dimaki, diludahi pasien gangguan jiwa, Masye Pangemanan, sang perawat hanya tersenyum.
Tidak ada dendam ataupun keinginan untuk menjahati pasien gangguan jiwa yang sedang dirawatnya.

Perawat berusia 37 tahun yang telah mengabdi selama 13 tahun di RS Jiwa Ratumbuysang Manado ini tetap tabah dan setia merawat pasien jenis kelamin perempuan yang lagi menderita gangguan jiwa dan ditempatkan di ruangan Kabela.

"Itu dukanya. Pasien seringkali memaki-maki dan meludahi saya. Tapi tidak ada sakit hati yang saya rasakan. Kalau diludahi langsung saya bersihkan. Itu sudah biasa. Kami tau dan mengerti keadaan mereka. Saya justru hanya tersenyum dengan keadaan seperti itu," ujar Masye kepada Tribun Manado, hari Rabu (23/8) ketika ditemui di sela‑sela ia bertugas.

Selama belasan tahun dicaci maki oleh pasien, tidak menyurutkan tekad Masye untuk tetap peduli merawat pasien gangguan jiwa.

Masye mengatakan bahwa tetap senang merawat pasien. "Karena siapa lagi yang akan memberi kepedulian kepada mereka. Tidak sedikit pasien yang keluarganya jarang menjenguk, bahkan ada yang tidak sama sekali. Saya hanya niat membantu sesama. Membantu agar mereka (pasien) cepat sembuh," ujarnya.

Hal yang menjadikan Masye senang, saat melihat pasien pulang karena telah berangsur‑angsur sembuh."Banyak yang sembuh, pulih dan tenang. Ketika itulah saya merasa senang. Sudah ada lebih dari 10 orang pasien. Kalau bertemu di luar  mereka menyapa. Kadang saat mereka lupa, saya yang menyapa. Saya senang mereka telah beraktivitas seperti biasa," ujar dia.

Yanti, perawat lainnya juga merasakan duka yang tidak berbeda dengan Masye. Ia merawat pasien sakit jiwa mulai 2012. Perawat berusia 32 tahun ini mengaku ada sedikit kesulitan saat menangani pasien gangguan jiwa perempuan.

"Saya pernah ditampar, diludahi pasien saat melerai perkelahian. Itulah salah satu resiko yang paling sering saya hadapi," ujar dia.

Namun kata Yanti tetap saja ada waktu senangnya. "Saya senang bila pasien sudah tenang. Ada kebahagiaan tersendiri saat melihat mereka tenang. Terkadang ada tingkah aneh yang menjadikan kami tertawa.  Perilaku yang aneh yang kadang kita anggap tidak wajar. Seperti misalnya pasien melompat‑lompat. Saat mereka ditanya kenapa lompat, katanya sedang menangkap  pesawat," ujarnya.

Yanti berharap kedepan pasien jiwa akan cepat sembuh dan kerjasama dari keluarga pasien semakin terjalin."Ada keluarga yang sudah tidak memantau perkembangan pasien.

Sebenarnya proses penyembuhannya akan cepat jika keluarga kooperatif dengan kami, " ujar  Yanti. Dia mengaku alasannya mengabdi yaitu karena dia punya kerinduan melayani sesama.

"Bila melayani dengan suka cita pasti ada rasa senang, ada ketenangan, dan akan ada berkat ketika kita menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab," ujar dia

sumber: manado.tribunnews.com