Perawat Hanya Berdiri Di Baris Belakang ? Eits, Tunggu Dulu! - PERAWAT INDONESIA

Header Ads

Perawat Hanya Berdiri Di Baris Belakang ? Eits, Tunggu Dulu!

Menciptakan Keajaiban Perawat.

Lulus sekolah perawat, waktu itu, kami semua berjumlah 30 orang. Satu orang dari angkatan kami, sudah berpulang ke Rahmatullah, dalam tahun pertama sesudah lulus. Sisanya, 29 orang, ‘bertebaran’ di sana-sini.
Ada yang di Pulau Bawean. Ada yang tinggal di Jakarta, Tulungagung, Blitar, Malang, Pasuruan, Lumajang, Jember, Jombang, Malang, Surabaya, dan saya, di Qatar!

Semuanya ‘kaya’. Kaya ilmu, kaya pengetahuan, kaya ketrampilan, kaya pengalaman, dan sudah tentu ‘kaya’ harta! Minimal, tak satupun yang tidak punya rumah.
Setiap kali kontak dengan beberapa orang di antara kami, diskusi kami sarat dengan canda dan tawa. Itu artinya, terlepas dari fitrah manusia yang bisa susah, kami milih bahagia.

Tidak ada yang berkeluh kesah bagaimana caranya menambah income. Tidak ada yang bertanya bagaimana harus menambah level pendidikan. Pula tidak ada yang bertanya, bagaimana cara masuk surga. Semuanya sudah pernah ikut program Umroh. Beberapa naik Haji, lewat program TKHI.

Subhanallah! Profesi yang saya tekuni ini, memberikan sebuah keajaiban tersendiri!
Kami, rata-rata sudah berjalan lama sekali dalam menjalani profesi. Tiga puluh tahun, tentu bukan waktu yang pendek. Apalagi bila kegiatan kami hanya mengais rejeki, menekuni studi, dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat, demi kepentingan profesi dan diri sendiri.
Semuanya membuahkan arti!

Saya bayangkan, apabila 30 tahun itu diukur dengan berjalan dengan kaki. Meski perlahan, namun pasti akan mampu memberikan bukti. Bahwa selama di perjalanan tersebut, dipenuhi dengan berbagai tantangan dan hambatan, serta rasa suka dan duka.

Saya tidak menolak, ada teman-teman yang bangga dengan cukup membuka klinik keperawatannya. Ada yang bahagia dengan status sebagai pengajar. Ada yang menjadi kepala keperawatan. Ada yang bangga, meski sebagai kepala unit di tempat kerja. Ada yang puas, meski sebagai tenaga pelaksana namun sangat menikmati kerjanya. Pendeknya, semua teman-teman saya lihat memiliki profesi ganda, selain menjalankan profesi keperawatan yang dicintainya.

Memang, ada teman-teman perawat yang menyekolahkan anaknya di farmasi, fisioterapi, kedokteran dan lain sebagainya. Tentu tidak ada yang sanggup melarang! Boleh-boleh saja.
Orang boleh bosan dengan profesi yang dijalaninya. Dengan berbagai alasan, orang boleh bilang, bahwa keperawatan tidak menjanjikan. Orang bisa berkata, bahwa profesi keperawatan tidak banyak kontribusinya.
Semuanya kembali kepada kita, bagaimana harus meresponnya. Bagaimana harus menjelaskannya. Juga bagaimana cara memandangnya.

Bagi saya. peluang dari berbagai aspek sungguh besar dan mulia. Dari aspek ekonomi misalnya. Kalau tukang cukur bisa berkembang menjadi salon potong rambut yang indah dan dikemas professional, mengapa perawat tidak bisa buka salon sekalian? Perawat yang lebih tahu tentang anatomi rambut dan kulit, mestinya bisa membuat salon lebih menarik dan sehat! Makanya saya setuju, manajer salon kulit dan kecantikan adalah seorang perawat!

Demikian pula, penjual warung yang kadang hanya lulusan Sekolah Dasar. Mengapa bukan perawat saja yang menanganinya sebagai manajer operasional? Bukankah perawat telah banyak belajar tentang kesehatan makanan juga lingkungan? Selain, tentu saja paham, akan nilai gizi makanan serta minuman. Di tangan perawat, restaurant jadi tambah rapi, tertata!

Kalau profesi lain, teknik, ekonom, politikus, sosiologis, psikologis, environmentalist, scientist, boleh kaya dan terkenal serta professional; mengapa perawat hanya berdiri di baris belakang?
Saya mengajak, jangan menunggu keajaiban terjadi dalam profesi ini. Kita harus ciptakan keajaiban sendiri! Jadilah professional rangkap. Kalau dalam dunia sound system kita kenal double stereo, maka jangan puas dengan yang namanya mono.

Pasien sehat di tangan perawat, itu sejak dahulu kala. Orang sehat bertambah kuat di tangan perawat, bukan hal luar biasa. Namun, jika negara jadi terhormat karena perawat, apakah kita siap?

Penulis: SYAIFOELHARDY/SUPER